Setelah saya memeparkan tulisan yang berjudul Masalah Pendidikan di Indonesia Part 2. Kali ini saya akan memaparkan tulisan yang berjudul Kekerasan Terhadap Siswa yang sangat sering terjadi.
Kekerasan ini sangat berdampak buruk atau negative bagi tumbuh kembang sang anak. Sekolah adalah tempat menimbah ilmu, media pentransferan ilmu setelah lingkungan keluarga. Banyak orangtua berharap dengan menyekolahkan anak mereka, maka anak mereka dapat berperilaku baik yang orangtua harapkan. Lebih jelasnya, berikut penjelasannya.
Pandangan mengenai kekerasan terhadap siswa
Kekerasan terhadap siswa menurut saya terjadi karena masih banyaknya pendidik yang belum memahami hakekat mendidik. Yang sangat memprihatinkan rasa rasa adalah kepribadian pendidik belum mencerminkan seorang pendidik. Ini penting, mengingat karakter guru berpengaruh terhadap masa depan anak didik. Kata-kata yang terucap oleh guru ibarat anak panah yang terlepas dari busur dan menancap di hati anak didik. Misalnya kata-kata yang tidak simpatik dari guru menghancurkan semangat belajar para murid. Sebaliknya, kata-kata yang memberikan dorongan semangat akan sangat berharga dalam menumbuhkan motivasi belajar.
Peranan Guru
Gurulah orangtua bagi anak di sekolah, yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan dan kepribadian anak. Seorang guru harus bisa tenang dan tidak menunjukkan emosi yang menyala,tidak mempunyai prasangka yang buruk kepada peserta didiknya. Mereka juga dapat menyembunyikan perasaannya dari peserta didik dan sebaiknya memandang semua peserta didik sama. Sudah sepatutnya seorang guru mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, bebas, motivator, dan semangat.
Selain itu, mereka juga harus konsisten, tidak berubah-ubah pendirian dan jarang melakukan kesalahan. Mereka juga harus pandai, bijaksana dalam memperlakukan siswa dan mampu menjawab pertanyaan siswa serta sanggup memberikan bantuan secara maksimal kepada peserta didik. Jika hal tersebut dapat terlaksana, saya rasa kekerasan terhadap anak di sekolah tidak akan terjadi.
Kekerasan memang adalah hal yang seharusnya tidak terjadi di manapun dan kapapun itu. Apalagi kekerasan ini menyangkut kekerasan yang dapat menentukan karakter anak didik.
Belajar dari Cina
Ada hal menarik saya saya jika kita melihat anak-anak di Cina, melalui tulisan dan gambar mereka mengungkapkan bahwa mereka ingin para guru menghormati harga diri siswa, sensitif terhadap kondisi emosi mereka, memberi kebebasan mengekspresikan diri dan bersikap adil pada semua anak apapun latar belakang, gender, kemampuan, dan ciri-ciri individual lainnya. Sebagian besar anak memimpikan guru-guru yang penyayang dan perhatian. Hal ini penting, mengingat di usia anak-anak secara biologi mereka cenderung berkata jujur. Kepolosan mereka berasal dari perkataan yang sebenarnya, tidak dibuat-buat. Kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa atau anak yang lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak berdaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab dari orangtua atau pengasuh yang berakibat penderitaan, kesengsaraan, cacat/kematian. Kekerasan pada anak lebih bersifat sebagai bentuk penganiayaan fisik dengan terdapatnya tanda atau luka pada tubuh sang anak.
Bentuk Kekerasan Terhadap Siswa
Kekerasan terhadap anak di sekolah sebagai bentuk penganiayaan baik fiisk maupun psikis. Penganiayaan fisik adalah tindakan kasar yang mencelakakan anak dan segala bentuk kekerasan fisik pada anak yang lainnya. Sedangkan penganiayaan psikis adalah semua tindakan merendahkan/meremehkan anak. Kekerasan terhadap siswa sebagai bentuk pelanggaran terhadap hak-hak anak dan pada banyak negara telah terkategori sebagai kejahatan. Untuk mencegahnya dapat dilakukan oleh para petugas hukum. Hal ini akan mengancam kesejahteraan dan tumbuh kembang anak, baik secara fisik, psikologi sosial maupun mental.
Kekerasan Fisik
Pertama, kekerasan terhadap siswa dapat berupa kekerasan fisik. Mudah diketahui karena akibatnya bisa terlihat pada tubuh korban Kasus physical abuse: persentase tertinggi usia 0-5 tahun (32.3%) dan terendah usia 13-15 tahun (16.2%). Kekerasan biasanya meliputi memukul, mencekik, menempelkan benda panas ke tubuh korban dan lain-lainnya. Dampak dari kekerasan seperti ini selain menimbuBlkan luka dan trauma pada korban, juga seringkali membuat korban meninggal.
Kekerasan Verbal
Kedua, bentuk kekerasan secara verbal, bentuk kekerasan seperti ini sering diabaikan dan dianggap biasa atau bahkan dianggap sebagai candaan. Kekerasaan seperti ini biasanya meliputi hinaan, makian, maupun celaan. Dampak dari kekerasaan seperti ini yaitu anak jadi belajar untuk mengucapkan kata-kata kasar, tidak menghormati orang lain dan juga bisa menyebabkan anak menjadi rendah diri. Selain itu mereka juga menda[atkan kekerasan secara mental dan Pelecehan Seksual.
Sangat disayangkan sekali, miris rasanya saya melihat berbagai bentuk kekerasan anak baik di sekolah maupun di lingkup keluarganya di rumah. Saya menghimbau kepada para orangtua harus waspada terhadap lingkungan bermain anak-anak mereka. Tidak hanya itu mereka juga harus selalu memantau perkembangan anak mereka di lingkungan sekolah, mengingat banyaknya kekerasan terhadap siswa.
Anda dapat melihat artikel lain yang terkait seperti Peran Keluarga Dalam Pendidikan, anda dapat melihatnya pada kategori pendidikan anak. Atau artikel lain seperti Pendidikan Moral Anak Indonesia.
Catatan :
Jika Anda akan mengambil tulisan ini, jangan lupa tulis sumbernya yah! Oya, sekedar informasi, kami menyediakan fasilitas kursus online di website ini. Silahkan gunakan menu pada bagian atas untuk menelusuri kelas kursus yang tersedia. Terima kasih!
Sumber gambar:
https://suaraaisyiyah.id/efek-negatif-kekerasan-pada-otak-anak/