Child Grooming

Child Grooming (Predator Anak Susupi Game Online)

Halo, kita kembali lagi membahas tentang pendidikan anak. Kali ini kita akan membahas tentang Child Grooming. Hmm, apa sih itu? Cukup asing juga ya… Oke lanjut baca…

Apa itu Child Grooming?

Child Grooming adalah salah satu istilah kejahatan dalam bentuk pelecehan seksual terhadap anak dalam menggunakan gadged (baca juga di Wikipedia). Siapa yang tidak mengenal gadged, di era milineal seperti ini penggunaan gadged tidak memandang usia manusia. Mulai dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa dapat memilikinya dengan mudah.

Berbagai fitur hadir demi memanjakan para penggunanya, termasuk anak-anak. Sebagian menganggap kehadiran gadged untuk mengakses internet dapat memberikan unsur positif bagi anak-anak mereka sekalipun segelintir orang berpikir sebaliknya.

Alasan bagi para pro-internet pada kalangan anak-anak menganggap bahwa perkembangan informasi baru berbasis internet memudahkkan semua orang berkomunikasi. Selain itu, mereka juga mudah berbagi, berpartisipasi dan membentuk sebuah jaringan secara online yang menguntungkan bagi anak-anak mereka. Bagi mereka, anak-anak hanya perlu menggeser jari di layar gadget lalu mengakses internet. Apalagi mereka merasa aman jika anak-anaknya bermain tanpa keluar rumah, termasuk belajar online (sekarang sudah tersedia jasa bimbingan kursus online).

Sekalipun dampak negatifnya juga cukup serius, terutama yang kontra-internet untuk anak-anak menganggap sekurang-kurangnya terdapat dua masalah. Masalah kecanduan internet yang berhasil saya telusuri dalam banyak kasus yang saya temukan dari penelitian saya sejak tahun lalu (2018) termasuk dampak negatif yang timbul dari kecanduan online seperti timbulnya gangguan psikologis seperti sifat emosional (tidak terkontrol) dan gangguan kesehatan (psikis) (kalian dapat baca hasil penelitian saya di jurnal Walasuji, Jurnal Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan edisi 2 tahun 2019).

Sebuah Perubahan

Jika beberapa tahun terakhir anak-anak kebanyakan menonton berbagai hiburan di Youtube, dalam dua tahun terakhir mereka sudah mulai gemar mengakses game online. Berbagai game online menjadi asupan bermain bagi anak-anak, mulai dari anak usia dini hingga anak remaja. Semakin kesini, arus perkembangan kehadiran game-game berbasis internet ini pun berjamuran, mulai dari mobile legend hingga PUBG.

Nah, yang menyita perhatian saya akhir-akhir ini adalah kasus para predator anak di jejaring sosial. Salah satunya yang sedang tranding topic adalah fenomena child Grooming. Jika kita mengingat fenomena-fenomena serupa sebelumnya seperti kehadiaran komunitas gay felodelfia di kalangan anak-anak remaja, lalu ada komunitas lesbian di jejaring sosial. Sekarang ini yang menjadi perhatian serius para kalangan IT ziber adalah kasus pelecehan seksual terhadap anak.

Child grooming bermula dari game online

Kami melangsir dari news.detik.com (29/7/19) Direktur Kriminal Khusus (Dirkrimsus) Polda Metro Jaya, Kombes Iwan Kurniawan berdasarkan penyelidikan mengatakan bahwa, pertama-tama korban membuat akun di game online, aplikasi game online tersebut bernama ‘Hago’ yang memungkinkan para pemainnya dapat bertukar nomor telepon seluler (ponsel). Setelah mengantongi nomor ponsel korbannya, pelaku menghubunginya dan mengajak berkomunikasi via video call.

Pada saat menggunakan video call ini si pelaku mengajak para korbannya untuk melakukan perbuatan yang mengarah pada tindakan asusila dengan mengajak melakukan hubungan seks menggunakan WhatsApp Call. Menurut penuturan sang pelaku, pelaku sempat memberitahu atau mengajak korban untuk sampai membuka pakaian, tunjukkan kemaluan, dan juga ngajak korban masturbasi. Ketika berkomunikasi dengan video call tersebut, pelaku merekamnya. Rekaman itulah yang digunakan pelaku untuk memeras korban kembali melakukan perbuatan yang sama.

Miris juga yah, sedih melihat para predator anak mulai menjaring dunia online terutama game online (tempat bermain anak). Menurut saya tentu hal ini lebih berbahaya dari yang sebelumnya seperti tersebarnya konten pornografi dan konten kekerasan, seperti kehadiran komunitas gay anak velodelfia yang juga menjadi tranding topic kala itu. Jika konten-konten tersebut dapat disanksikan/di tonton maka kasus ini lebih berbahaya karena sampai mempraktekkannya secara online dengan pelaku atau lawan bicaranya secara langsung (Live).

Peran Orangtua

Maka dari itulah saya menghimbau para pendidik terutama para orangtua agar dapat melakukan pengawasan kepada anak-anaknya. Dalam hal ini, perlu adanya edukasi kepada para anak-anak dalam bentuk literasi digital begitupun para orangtua juga harus di edukasi dalam bentuk literasi digital. Caranya dengan adanya kontrol yang serius terhadap anak-anak mereka saat menggunakan gadget dengan melarang mereka menyebarkan akun identitas kepada pengguna lain serta memahamkan anak-anak untuk tidak mudah terpengaruh dengan orang asing (pengguna internet) saat mengakses internet.

(Kalian dapat melihat juga Kesalahan Orangtua Terhadap Sekolah)

Jika orang tua menganggap anak-anak mereka sudah cukup aman bermain di rumah menggunakan gadget dengan mengakses internet, maka menyaksikan kasus child Grooming ini membuat saya beranggapan bahwa dunia bermain anak-anak dengan berselancar di dunia maya belum tentu seaman yang dipikirkan. Tetap terus ada pengawasan, ada control yang kontinyu serta yang pasti selalu mendampingi mereka saat dan dalam kondisi apapun. Luangkan waktu yang bermanfaat untuk mereka, termasuk bagi para orangtua yang sibuk bekerja di luar rumah. Dunia anak kita adalah dunia bermain, tugas orangtua tidak melarang/membatasi mereka bermain tetapi senantiasa mendampingi dan membantu mereka dalam bermain.

Demikianlah tulisan saya kali ini yah bunda, kalian dapat membaca artikel saya yang lain seperti Kekerasan Terhadap Siswa. Jika ingin anak bunda ikut belajar online atau kursus online, bisa juga di website kami ini.

Catatan :
Jika Anda akan mengambil tulisan ini, jangan lupa tulis sumbernya yah!
Sumber Gambar : https://www.thestar.com.my

Leave A Reply

Artikel Lainnya

Mungkin anda tertarik dengan artikel berikut:

Pendidikan inklusif adalah pendekatan yang mengedepankan kesetaraan dan keterlibatan bagi semua individu, tanpa memandang perbedaan kemampuan atau kebutuhan mereka. Konsep...
Setelah saya memaparkan tulisan yang berjudul Kekerasan Terhadap Siswa. Nah, kali ini saya akan memaparkan tulisan yang sedang menjadi perbincangan...
Halo bunda, kurang lebih hampir dua bulan lamanya ya baru sempat nulis lagi nih. Bulan Ramadhan telah berlalu, idul fitri...